Pahit Manis Romantika dengan Kopi: Getir (3)

Ingin sekali saya melanjukan menulis tentang kelanjutan romantika saya dengan kopi. Tapi apa daya, saya masih merasa belum pantas melanjutkan kisah saya dengan kopi.

Kenapa begitu?

Karena saat ini saya masih belum bisa menguasai kopi. Saya masih dikuasai kopi. Dengan kata lain, saya masih kecanduan kopi dan belum bisa benar-benar melepaskan diri dari kopi dan menikmati kopi sekadar sebagai kelangenan atau hobi. Saya masih suka pusing kalau lebih dari 36 jam tidak minum kopi sama sekali. Ketika pertama kali menulis serial postingan ini, saya membulatkan tekad untuk meninggalkan ketergantungan saya kepada kopi (ketika itu saya minum kopi dua sampai tiga gelas setiap hari. Saya merasa sudah saatnya menghentikan trend yang kurang positif ini. Target saya adalah menjadi penikmat kopi tanpa harus tergantung. Saya ingin, kalau memang harus, tetap bisa hidup sehat tanpa pusing ketika dalam beberapa tidak sempat minum kopi (kalau misalnya terjadi zombie apocalypse, hahaha!)

Ternyata, oh ternyata, sejauh ini saya masih mentok harus minum kopi setidaknya satu kali 36 jam. Kalau lebih dari itu tidak minum kopi, bisa-bisa saya pusing. Ah, menye-menye banget diri ini? Saya masih terbebani kenyataan ini. Saking terbebaninya, saya sampai tidak enak sendiri mau nulis postingan tentang romantika bersama kopi ini. Inilah saat-saat getir saya. Tapi, saya yakin, nyethet pasti berlalu! Btw, nyethet adalah istilah yang dipakai orang-orang Krembung untuk mengacu pada kecandungan kopi.

P.S. Tempo hari saya dikasih kopi oleh teman dari Kamerun. Ah, mak, kopinya gelap sekali, mirip sejenis kopi dari Aceh hasil pemberian istri teman saya dua tahun yang lalu, yang saking gelapnya sampai-sampai saya anggap warnanya kebiruan. Nah, kopi Kamerun ini memang rasanya juga dahsyat. Di toples saya, kopi kamerun ini tinggal dua kali pemakaian.

Written By

More From Author

(Terjemahan Cerpen) Mereka Terbuat dari Daging karya Terry Bisson

“Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Daging. Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Tak diragukan lagi. Kami…

Thank You, Dua Satu! Let’s Go Loro Loro!

Beberapa menit lagi 2021 sudah usai dan saya perlu menuliskan satu catatan kecil biar seperti…

(Resensi) Puser Bumi oleh Mas Gampang Prawoto

Berikut resensi terakhir dalam seri tujuh hari resensi. Kali ini kita ngobrol soal buku puisi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *