(Puisi) Selfie Abadi

Smartphone terhunus, buas, kau lampiaskan cinta kepada warna
yang tersaput pada mapel, sikamor, poplar. Lupa sejenak,
cukup sejenak: setiap musim adalah musim gugur.

Lalu kauingat, saat tiba selfie: bagimu, summer telah berlalu
kini ada helai-helai rambut di lantai kamar mandi
dan dental floss menari liar di sela gigi.

Seperti Narsisis, kau bujuk dirimu: tak ada yg perlu disesali
karena entah di sebelah mana kau memendar warna,
jingga-emas, meski abu-abu mengetok pintu.

Kau lihat dirimu semarak warna, lupa gugurnya;
kau lihat dingin menggigit musim, menghalau gerah.

Kau ingat ada yang gugur bahkan tanpa berubah warna;
kau ingat yang meranggas, bahkan tanpa menguncup daun;
kau mendengar bumi gerah, abadi, tanpa janji musim berganti.

Maka, dalam selfie yang kini abadi, kau malu sendiri mendapati dirimu,
menyembunyikan gejala kebotakan membayang dan gigi yang merenggang.

Written By

More From Author

(Terjemahan Cerpen) Mereka Terbuat dari Daging karya Terry Bisson

“Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Daging. Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Tak diragukan lagi. Kami…

Thank You, Dua Satu! Let’s Go Loro Loro!

Beberapa menit lagi 2021 sudah usai dan saya perlu menuliskan satu catatan kecil biar seperti…

(Resensi) Puser Bumi oleh Mas Gampang Prawoto

Berikut resensi terakhir dalam seri tujuh hari resensi. Kali ini kita ngobrol soal buku puisi…

2 comments

katamiqhnur.com says:

bagus tulisannya ..
salam kenal yaa. kalo berkenan visit back donk ..
katamiqhnur.com

Wahhh bagusyah puisinya , saya juga mau dong di buati puisi hehe

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *