Tak bolehkah kita berbeda, dan berbahagia? Tak bolehkah kita berliar-liar menuruti hasrat dan kesenangan kita sendiri asal tidak melukai orang lain? Mungkin kalau saya tanya Anda sekarang, jawabannya tidaklah terlalu sulit: boleh! Tapi, kenyataan seringkali berkata lain, dan itu pula yang terjadi di Bikini Bottom.

Suatu hari, Spongebob terlalu bahagia bekerja seperti halnya pada hari-hari yang lain. Dia melompat-lompat dan menyanyi-nyanyi selama bekerja. Dan seperti biasa, saat Spongebob terlalu berbahagia, dia terdengar cukup menyebalkan. Maka, ketika Bu Gristlepuss singgah sebentar di Krusty Krab, dia pun sebal dengan petingkah Spongebob.  Bu Gristlepuss ini sebenarnya adalah seorang perempuan serius anggota sebuah perkumpulan orang-orang serius yang wajahnya mirip semua. Bagi Bu Gristlepuss, Spongebob terlalu liar dan urakan, tidak berbudaya. Belakangan, dia mendapati bahwa kebahagiaan Spongebob yang sedemikian rupa itu dikarenakan Krabby Patty. Maka, Bu Gristlepuss menyatakan bahwa Krabby Patty perlu dilarang karena bisa membuat seseorang buas dan tak berbudaya. Tuan Krab menganggap itu gertak sambal dan bahkan mengancam Bu Gristlepuss. Tapi ternyata Bu Gristlepuss ini punya suami kepala polisi yang punya otoritas menutup bisnis siapa saja yang dirasa berbahaya. Maka, sejak itu Krusty Krab disegel dan izin usahanya dicopot.

Saya kembali menengok episode Spongebob ini karena anak saya berulang kali menanyakan kepada saya kenapa perempuan yang bersuamikan seorang polisi itu menutup Krusty Krab. Bukan pertama kalinya anak saya menanyakan ini. Ada bagian-bagian tertentu dalam Spongebob yang terkadang kurang jelas bagi anak-anak, yang sebenarnya adalah audiens dari serial kartun ini. Maka, dilandasi niat untuk menjadi orang tua yang baik bagi anaknya, saya pun menonton episode yang berjudul “Banned in Bikini Bottom.”

Dari rangkuman di atas, kita bisa dengan mudah menjelaskan apa masalah terbesar dari konflik dalam episode ini. Adalah sebuah kebiadaban ketika ketidaksukaan personal dikawinkan dengan otoritas publik. Ketidaksukaan personal ii akhirnya bisa mengakibatkan terganggunya hajat hidup seseorang. Bu Gristlepuss yang tidak suka yang fun-fun itu bisa melampiaskan ketidaksukaannya kepada Spongebob berkat posisi suaminya sebagai penegak hukum.

Dan, kalau kita lihat lebih jauh lagi, akan tampak pula bahwa yang saya sampaikan di alinea sebelum ini bukanlah satu-satunya masalah yang menggerakkan episode “Dilarang di Bikini Bottom” ini. Di sini, ada lagi tema sikap anti-perbedaan yang tak berdasar bisa membatasi manusia.

Ketika Krusty Krab ditutup, Tuan Krab dan Spongebob nekad melanjutkan usaha berjualan Krabby Patty di bawah tanah. Secara ilegal. Karena restorannya tidak bisa dipakai lagi, maka Tuan Krab menggunakan rumah nanas Spongebob sebagai tempat jualan Krusty Krab secara sembunyi-sembunyi–tentu sembunyi-sembunyi a la Spongebob. Untungnya, Krusty Krab punya pelanggan setia; di rumah Spongebob pun Krusty Krab (Rahasia) ini masih ramai. Yang agak berbeda hanyalah Spongebob, yang jadi resah tak menentu karena dia merasa sedang melanggar hukum. Dia tidak tenang karena pekerjaan yang dia senangi dan banggakan itu saat ini menjadi pekerjaan yang melanggar hukum Bikini Bottom. Dan ketenaran Krusty Krab (Rahasia) ini pun akhirnya sampai ke telinga si perempuan serius beserta suaminya. Seperti biasa, si perempuan tetap membenci Spongebob, sampai akhirnya tanpa sengaja dia menelan Krabby Patty dan kemudian mengetahui betapa dahsyat dampak psikologis dari Krabby Patty. Sejak itu, Bu Gristlepuss menarik kembali omongannya dan akhirnya mencabut larangan beroperasi bagi Krusty Krab.

Di sini tampaklah bahwa pangkal dari kebencian Bu Gristlepuss terhadap Krusty Krab adalah ketidaktahuannya akan apa itu Krabby Patty dan apa nilai sesungguhnya dari produk burger dasar laut ini. Si pembenci Krabby Patty memutuskan membenci burger ini dengan bukti pendukung tingkat kedua atau ketiga. Dia tidak suka Krabby Patty karena mengira itulah penyebab Spongebob bertingkah liar. Dia melihat satu fakta dan fakta yang lain sebagai dua hal yang memiliki hubungan kausalitas. Dan yang lebih akut lagi, hubungan kausalitas antara keduanya sangat kaku. Satu fakta dianggap sebagai penyebab tunggal fakta lainnya. Dan pendapat ini sudah terlalu kuat karena sudah ada modal kecenderungan Bu Gristlepuss tidak menyukai keriangan. Maka, tanpa memeriksa kualitas sesungguhnya dari Krabby Patty itu pun Bu Gristlepuss bisa membuat penghakiman atas Krabby Patty. Kesan liar, tampilan luar, dari seorang yang dekat dengan Krabby Patty sudah cukup bagi Bu Gristlepuss untuk menghakimi.

Saya jadi ingin mengutip Martin Luther King Jr. yang mengatakan dengan lantang dalam pidato fenomenalnya yang disebut sebagai pidato “I Dream.” Dr. King di situ bilang bahwa dia bayangkan suatu masa ketika keempat putrinya tidak dinilai orang berdasarkan warna kulitnya, tapi dinilai berdasarkan budi pekertinya: the contents of their characters, kata Dr. King. Mau tidak mau saya harus mengatakan itu karena musuh Krabby Patty itu telah menilai Krabby Patty dari permukaannya saja, dari hubungan antara si Krabby Patty dengan keceriaan Spongebob yang baginya hina. Dia tidak menghakimi Krabby Patty berdasarkan kelezatannya yang sejati. Itu masalah! Oh ya, kalau saya menyertakan Dr. King di sini, mohon jangan dipahami bahwa saya membawa Dr. King turun ke kelasnya Spongebob. Saya justru ingin mengangkat Spongebob ke kelas Dr. King dan para pejuang anti-prasangka.

Maka, adalah tepat kiranya saat disoroti bagaimana perubahan pandangan Bu Gristlepuss itu terjadi Krabby Patty terlontar masuk ke mulutnya. Baru pada saat inilah Bu Gristlepuss yang sudah buru-buru mengkristalkan kebenciannya kepada Krabby Patty itu mengetahui apa yang dia benci. Ternyata, yang dia benci sebenarnya adalah sesuatu yang memiliki kenikmatan dan keunggulan budi yang luar biasa. Ketidaktahuan, keengganan mencari tahu, dan kemudian otoritas adalah sesuatu yang berbahaya ketika dikawinkan. Ah, kiranya tidak salah kalau di Spongebob hubungan antara Bu Gristlepuss yang benci fun-fun dan kepala polisi yang bisa menutup usaha itu adalah hubungan perkawinan. Yang seperti ini bisa mempengaruhi hajat hidup seseorang.

Ah, Spongebob Squarepants, betapa kau konsisten mengajak kita semua mempertanyakan apa-apa yang kita lakukan, terutama kalau itu sudah berhubungan dengan perbedaan dan prasangka. Spongebob, apakah engkau duta kebhinekatunggalikaan? Wahai rekan-rekan sesama orang tua, mampukah kita semua menjadi juru tafsir Spongebob Squarepants yang membantu anak-anak kita melihat Spongebob lebih dari sekadar hiperbola-hiperbolanya dan mengurai hikmah-hikmah kebijaksanaan yang menjadi kerangka ceritanya?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *