Introselfie: Tentang Video Klip “Jiwa Bahagia” (Tani Maju feat. Monohero)

Video klip terbaru Tani Maju, untuk lagu “Jiwa Bahagia” dari album Bed4 Topi Miring Bersama, adalah video klip bagi Anda yang ingin meditasi visual. Video klip ini membawa Anda ke ruang visual yang membungkam dunia luar. Ada beberapa hal bisa diobrolkan dari video klip ini.

Yang pertama tentu formatnya yang potrait memanjang, mirip footage yang diambil dengan telpon pintar. Kalau kita lihatnya sekilas, yang terlintas di pikiran adalah “ah, paling-paling ini video amatiran para vlogger yang ingin cari pengunjung buat akun YouTube-nya!” Tapi, kalau Anda meluangkan barang lima – sepuluh detik di video ini, maka akan tampak bahwa format potrait ini adalah format yang paling pas untuk video ini.

Kenapa pas?

Karena videonya menampilkan satu per satu orang yang ditampakkan tersenyum, tertawa, menari, berlagak, menyanyi, dan lain-lain. Semuanya sendiri-sendiri. Apa yang lebih tepat untuk menunjukkan orang satu per satu selain format yang memanjang ke atas (mirip monolith di film 2001 Space Odyssey itu, yang saya suka memaknainya sebagai egosentrisme)? Tentunya fokus satu-satu orang ini tepat adanya mengingat lagu ini judulnya “Jiwa Bahagia” dan bersuara tentang anjuran-anjuran bagi jiwa agar bahagia. Dan jiwa yang dibicarakan di sini adalah jiwa orang per orang. Akan ganjil jadinya kalau bicara tentang jiwa tapi isinya bersama-sama.

“Berani hidup senyap di tengah kemegahan. Lebih baik disakiti daripada menyakiti. Baik dikejar anjing dari mengejar anjing. Luruskan pikiran musuh kita kesempitan. Jangan pastikan hasil baru mengerjakan. Lakukan sepenuh hati dengan sepenuh hati.”

Hal kedua yang tidak bisa dilewatkan adalah permainan pola bentuk dan warna yang menjadi tabir transparan. Ini bagiannya Monohero, band indie Malang dengan musik elektronik yang dikenal selalu membawa elemen visual dalam pertunjukan-pertunjukan langsungnya. Elemen visual yang menjadi latar depan transparan ini pada awalnya mungkin mengganggu bagi penonton yang menginginkan kejelasan, kepolosan, kelangsungan, kebersihan, dll. Bagaimana tidak? Tidakkah Anda terganggu jika ingin melihat dengan jelas orang yang ditampilkan tertawa di video klip itu tetapi malah terganggu oleh bentuk-bentuk warna aneka pola yang tidak pernah diam itu (ada pola garis lurus, lengkung, polkadot, pointilis, gradasi, trippy, psikedelik, kaleidoskopik, dll.)?

Tapi, begitu Anda menerima bentuk dan warna ini sebagai bagian dari video ini–seperti halnya ambient musik Mohonero yang melebur dalam musiknya Tani Maju di lagu “Jiwa Bahagia” ini, mungkin Anda akan lebih woles. Ya, yang ditampilkan bukan hanya orang yang tertawa, tapi orang yang tertawa beserta segala warna-warni yang ada di permukaannya. Justru pergerakan warna dan bentuk inilah yang akhirnya bisa memenuhi ruang pikiran Anda dan akhirnya bisa membawa Anda jauh dari musiknya dan masuk ke dalam dunia visual, seperti sebuah meditasi paksa. Di sini, kita jadi menghargai video klip ini sebagai lebih dari sekadar hiasan gambar bergerak untuk menyertai musik. Video klip ini menjadi sebuah entitas yang bisa diapresiasi sendiri. Dengan begitu, musiknya–mohon maaf–akhirnya hanya menjadi latar dari meditasi visual kita, seperti musik ambient yang menyertai sebuah sesi meditasi yang pernah saya ikuti dulu sekali (silakan cari “meditation music” di YouTube untuk mendapatkan gambarannya).

Dan, biar pas seperti esai-esai lima paragraf tugas sekolah itu, ada hal ketiga yang perlu dibicarakan: tentang sorotan kepada satu per satu orang di video ini. Apa ya maksudnya ini? Kenapa kita ditunjukkan gambar orang demi orang yang muncul dan “harus” kita tamatkan satu per satu? Entah. Mungkin ini menunjukkan jiwa-jiwa manusia yang diajak menghayati kondisi mereka. Kalau melihat cara mereka memandang lurus ke depan, saya jadi teringat video klip Prince dari dua puluhan tahun yang lalu, yaitu di video klip “The Most Beautiful Girl in the World” dari album The Gold Experience. Di video klip itu, kita melihat orang-orang yang duduk manis (tapi bersama seorang lain atau keluarga) menghadap ke kamera atau memandang ke atas. Orang-orang ini muncul bergantian.

Tapi video klip Prince itu beda dengan Tani Maju feat. Monohero ini. Kalau di Prince, belakangan kita ketahui bahwa mereka menonton tampilan di layar tentang hal-hal yang sesuai dengan impian mereka. Mereka seperti menonton kehidupan impian mereka. Untuk Tani Maju feat. Monohero, kita tetap tidak tahu apa yang mereka hadapi di depan mereka. Bisa jadi, seperti lazimnya di jaman ini, mereka menatap telpon pintar mereka, entah chatting, entah tiktokan, entah selfie, entah membuat vlog (makanya formatnya portrait?). Tapi, kalau boleh berbaik sangka, mungin ini gambaran visual untuk kegiatan introspeksi. Sulit kan menggambarkan bagaimana introspeksi dilakukan, lha wong introspeksi itu urusan batin. Tapi, kalau introspeksi itu digambarkan dengan yang ada di permukaan, dengan memandang wajah sendiri, bercermin, mungkin jadi masuk akal bagi kita. Jadi ya, biarkan saya putuskan bahwa video ini adalah tentang introselfie.

Terus, kalau kita kembali ke musiknya, yang selanjutnya “hanya” jadi latar untuk menikmati video ini, kita akan temukan bahwa di bagian akhir video ini akan terdengar suara snare drum yang dipukul mirip marching band. Kesan yang ditimbulkan adalah kesan positif, optimis, seperti orang baris-berbaris. Dan saya akan merasakan bahwa di akhir sesi introspeksi ini–atau tepatnya introselfie ini–kita akan mendapatkan suasana positif. Introspeksi mestinya begini, membawa ke sesuatu yang positif. Kemeriahan lagu ini akan memunjak pada refrain terakhir yang disetai suara snare drup itu:

Hidup jiwaku dalam bahagia.
Jiwaku hidup, dalam bahagia.

Kayaknya begitu saja yang bisa saya obrolkan tentang video klip terbaru ini. Oh ya, sampai berparagraf-paragraf ini, saya baru sadar saya belum menyebutkan siapa otak dan otot di balik video klip ini. Mari kita sebut nama editornya: Didit Prasetyo, seorang videografer muda yang banyak mengerjakan video-video Tani Maju, film animasi, dan juga film dokumenter. Dengan demikian, mari kita rayakan introselfie tersebut dengan menonton video di bawah ini

 [youtube https://www.youtube.com/watch?v=ditMleZ7q1Y&w=560&h=315]

Written By

More From Author

(Terjemahan Cerpen) Mereka Terbuat dari Daging karya Terry Bisson

“Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Daging. Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Tak diragukan lagi. Kami…

Thank You, Dua Satu! Let’s Go Loro Loro!

Beberapa menit lagi 2021 sudah usai dan saya perlu menuliskan satu catatan kecil biar seperti…

(Resensi) Puser Bumi oleh Mas Gampang Prawoto

Berikut resensi terakhir dalam seri tujuh hari resensi. Kali ini kita ngobrol soal buku puisi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *