Apa Kata Orang saat Mendapati Anda Menunggang Honda Win?

Percayalah, saat Anda menunggang Honda Win, Anda akan menemukan sejumlah komentar yang tidak akan Anda dapatkan saat Anda kepergok menaiki Honda Beat (seperti 7 di antara 10 mahasiswi), Honda Vario (seperti 4 dari 6 populasi kos-kosan cowok di Malang), atau Honda Scoopy (seperti 5 dari 6 orang yang merasa muda).

Sepengalaman saya, berikut ini beberapa dari komentar yang pernah saya dengar. Saya sertakan sekaligus konteks penyampaian komentar-komentar tersebut:

Di tempat parkir Jatim Park/Museum Bagong, saya membayar parkiran dan bapak petugas parkirnya, sambil menghitung kembalian mengatakan:

“Sungguh, saya demen sekali Honda Win,” kata si bapak sambil wajahnya menunduk takzim. “Senang sekali.”

Si bapak tidak tampak tersenyum. Wajahnya benar-benar takzim. Bayangkan saja si bapak ini adalah orang yang sangat pingin memiliki Honda Win tapi dilarang oleh anaknya, istrinya, dan orang tuanya. Yang dia katakan kepada saya seperti pengakuan dosa yang disertai penyesalan.

Di sebuah pom mini yang sekarang sangat lazim, dan jumlahnya jauh lebih banyak dari rok mini yang sudah tidak begitu lazim, saya mendengar si bapak penjual besin:

“Montor iki ruso (perkasa), Mas,” kata beliau sambil memberikan kembalian.

Gaya si bapak waktu bilang ini seperti seorang ayah yang menitipkan anaknya ke pesantren dan berpesan kepada pengasuh pesantren: “Ini anak kebanggaan saya. Tolong jaga dia baik-baik.” Atau, mungkin tidak begitu juga sih…

Di sebuah bengkel, ketika mengganti tali kopling yang putus, si pemilik bengkel mengatakan:

“Mas, sepeda sampean ini saya beli ya? Sampean pulang naik ojek saja.”

Saya menanggapi dengan becanda, dan sempat bilang kalau saya perlu beli motor semacam X-ride. Sore harinya, di rumah saya mendapat pesan WA dari si pemilik bengkel, berisi gambar: “Ini X-ride-nya teman. Lagi butuh duit.”

Seminggu kemudian, setelah melewati bengkel tadi, saya disalib orang dari belakang naik Honda Win restorasi yang terlihat bagus. Ternyata si pemilik bengkel. Kali ini dia teriak:

“Yok opo, Mas? 6 juta ya?”

Akhirnya besoknya saya mampir ke bengkel yang sama sekadar bersilaturahmi, ketika di situ kebetulan ada Honda Win restorasi milik kawannya si pemilik bengkel. Dia berencana keesokan harinya akan memborong 6 Honda Win dari pelelangan. Dia masih bilang: “Aku seneng sepeda sampean, Mas. Kelihatan lucu.”

Begitulah.

Nah, yang terakhir adalah ketika saya meninggalkan sebuah ATM sore ini tadi, waktu mengambil uang untuk daftar ulang sekolah. Sebelum membantu saya mengamankan jalan untuk menyeberang, si bapak bilang:

“Ini kendaraan dinas apa milik pribadi, Mas?”

Mantap!

Written By

More From Author

(Terjemahan Cerpen) Mereka Terbuat dari Daging karya Terry Bisson

“Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Daging. Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Tak diragukan lagi. Kami…

Thank You, Dua Satu! Let’s Go Loro Loro!

Beberapa menit lagi 2021 sudah usai dan saya perlu menuliskan satu catatan kecil biar seperti…

(Resensi) Puser Bumi oleh Mas Gampang Prawoto

Berikut resensi terakhir dalam seri tujuh hari resensi. Kali ini kita ngobrol soal buku puisi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *