Menimbang Resensi Aroma Karsa para Netijen (3)

Hari ketiga, catatan perjalanan menulis tentang Aroma Karsa. Sementara ini perjalanan masih wajar. Badan mulai terasa letih, tapi kehendak seperti tidak bisa dikendalikan. Perjalanan ini terasa amat menggairahkan. Di catatan kali ini, saya akan bicara tentang banyaknya respons tertulis dari para blogger, meskipun sebagian besar kurang mendalam.

Menakjubkan sekali, respons pembaca cukup serius atas Aroma Karsa. Kalau kemarin saya belum menyinggung sama sekali soal kesuksesan kuantitatif Aroma Karsa, sekarang saya akan singgung sedikit. Jadi, menurut salah satu blogger yang saya baca, ternyata Aroma Karsa sudah laku sejumlah 10 ribu pada masa pre-order. Ini angka yang membuat penulis pada umumnya cukup gentar. Kalau penerbit kecil saja bisa menerbitkan buku sejumlah ratusan, Aroma Karsa sudah PO sejumlah 10 ribu. Tapi ya, ini bukunya Dee Lestari yang pernah menerbitkan beberapa buku yang difilmkan plus–mestinya tidak hanya plus–seri Supernova yang masih belum difilmkan tapi pernah mengguncang-guncang itu. teori Menakjubkan sekali, respons pembaca cukup serius atas Aroma Karsa. Kalau kemarin saya belum menyinggung sama sekali soal kesuksesan kuantitatif Aroma Karsa, sekarang saya akan singgung sedikit. Jadi, menurut salah satu blogger yang saya baca, ternyata Aroma Karsa sudah laku sejumlah 10 ribu pada masa pre-order. Ini angka yang membuat penulis pada umumnya cukup gentar. Kalau penerbit kecil saja bisa menerbitkan buku sejumlah ratusan, Aroma Karsa sudah PO sejumlah 10 ribu. Tapi ya, ini bukunya Dee Lestari yang pernah menerbitkan beberapa buku yang difilmkan plus–mestinya tidak hanya plus–seri Supernova yang masih belum difilmkan tapi pernah mengguncang-guncang itu.

Selain respons berupa 10 ribu PO (maaf harus saya ulangi lagi), ada juga ternyata resensi yang sangat banyak. Kalau Anda cari “resensi Aroma Karsa” di duckduckgo.com, Anda akan menemukan ini (https://duckduckgo.com/?q=resensi+aroma+karsa&t=lm&ia=web). Semuanya adalah resensi dari blogger yang berbeda. Kalau kita buka ke lembar-lembar hasil pencarian selanjutnya, kita akan tetap melihat resensi yang cukup banyak, yang mungkin akan sangat membahagiakan bagi seorang penulis muda. Percayalah, tidak semua buku yang diterbitkan penerbit besar akan direspons dengan resensi sebanyak ini, baik resensi di media cetak maupun resensi di blog. Jadi, respons resensi yang cukup banyak ini bukan sesuatu yang bisa begitu saja diabaikan. Sebuah telaah kritis yang serius atas Aroma Karsa mau tidak mau harus mempertimbangkan resensi-resensi partikelir di blog-blog ini. Tentunya, mempertimbangkan di sini bukan berarti mengambil mentah-mentah apa-apa yang dituliskan dalam resensi tersebut. Ada banyak cara untuk mempertimbangkan sebuah pernyataan, kan?

Pertimbangan atas resensi-resensi tersebut tidak boleh sembarangan karena setelah membaca resensi-resensi yang ada di halaman pertama hasil pencarian duckduckgo.com itu, ternyata kebanyakan berupa perayaan. Kita bisa lihat bahwa kebanyakan resensi ini, seperti pada umumnya resensi, hanya bertujuan memperkenalkan buku tersebut kepada pembaca. Ada sinopsis singkat, ada pembahasan tentang kesan-kesan pembaca, ada beberapa kutipan, dan ada komentar tentang buku secara umum. Beberapa resensi itu ada yang mencoba membeberkan karakterisasi dan alur cerita, meskipun semestinya bisa lebih mendalam. Pada komentar-komentar yang berisi kesan pembacaan, kita banyak menemukan klaim-klaim yang tidak didukung dengan bukti kutipan dari Aroma Karsa (Saut Situmorang bisa sebal dengan yang beginian). Tapi ya, namanya juga resensi, kita tidak bisa menuntut peresensi untuk melakukan analisis yang secara mendalam. Analisisnya secukupnya saja asal bisa mendukung peresensi untuk membuat putusan bahwa novel ini bisa direkomendasikan atau tidak, berapa bintang untuk elemen-elemennya, dan masuk dalam kategori apa (anak, remaja, dewasa, umum?).

Di antara tulisan-tulisan daring tentang Aroma Karsa, ada satu yang khususnya menarik. Yaitu tulisan dari Mumu Aloha di dinding Facebook-nya. Unggahan yang diawali dengan disclaimer bahwa ini hanya kesan pembacaan saja itu justru cukup mendalam, khususnya dalam mengidentifikasi pengaruh-pengaruh di balik Aroma Karsa. Mumu menyebutkan kesan romance dan thriller di sana. Mumu juga membandingkan petualangan gunung Lawu dalam novel ini dengan cerita-cerita silat (baik dalam bentuk novel, komik, maupun sandiwara radio–awas kakaaaaang! hiat! ciaaaaat!). Dan yang lebih memaksimalkan kesan pembacaan ini, Mumu juga menghubungkannya dengan pengalamannya sendiri sebagai orang yang gemar mendaki gunung Lawu–sampai 5 kali. Tulisan yang dikenalkan sebagai kesan pembacaan ini justru pada beberapa bagian memiliki fitur kritik, misalnya perbandingan dengan karya lain dan perbandingan dengan karya-karya Dee sendiri atau identifikasi teknik penulisan sastra populer tadi. teori Di antara tulisan-tulisan daring tentang Aroma Karsa, ada satu yang khususnya menarik. Yaitu tulisan dari Mumu Aloha di dinding Facebook-nya. Unggahan yang diawali dengan disclaimer bahwa ini hanya kesan pembacaan saja itu justru cukup mendalam, khususnya dalam mengidentifikasi pengaruh-pengaruh di balik Aroma Karsa. Mumu menyebutkan kesan romance dan thriller di sana. Mumu juga membandingkan petualangan gunung Lawu dalam novel ini dengan cerita-cerita silat (baik dalam bentuk novel, komik, maupun sandiwara radio–awas kakaaaaang! hiat! ciaaaaat!). Dan yang lebih memaksimalkan kesan pembacaan ini, Mumu juga menghubungkannya dengan pengalamannya sendiri sebagai orang yang gemar mendaki gunung Lawu–sampai 5 kali. Tulisan yang dikenalkan sebagai kesan pembacaan ini justru pada beberapa bagian memiliki fitur kritik, misalnya perbandingan dengan karya lain dan perbandingan dengan karya-karya Dee sendiri atau identifikasi teknik penulisan sastra populer tadi.

Tapi, untuk menutup postingan ini, perlu saya katakan bahwa tetap saja, belum ada tulisan yang mengkaji Aroma Karsa ini secara ketat (dengan pendekatan tertentu), menyoroti bagian tertentu (entah karakternya, entah ideologinya, lingkungannya, atau sejenisnya), dan memberikan pembacaan-pembacaan yang membuka wawasan baru. Dengan mempertimbangkan pembacaan-pembacaan para netijen (yang ternyata tidak selalu berasosiasi negatif), mungkin kita bisa membuat pembacaan yang memadai atas Aroma Karsa ini.

Berikut ini beberapa resensi netijen yang dipertimbangkan buat postingan ini:

https://lpmprofesi.com/2019/05/resensi-novel-aroma-karsa/
https://lpmprofesi.com/2019/05/resensi-novel-aroma-karsa/
https://kukuhgiaji.com/novel-fiksi-aroma-karsa-review/
https://www.rosediana.net/resensi-novel-aroma-karsa-dee-lestari-bencana-dari-cinta-dan-obsesi/
http://unycommunity.com/resensi-aroma-karsa-romansa-indra-dan-mitologi-bumi-dwarapala/
https://lpmprofesi.com/2019/05/resensi-novel-aroma-karsa/
https://kukuhgiaji.com/novel-fiksi-aroma-karsa-review/

https://kukuhgiaji.com/novel-fiksi-aroma-karsa-review/

https://www.rosediana.net/resensi-novel-aroma-karsa-dee-lestari-bencana-dari-cinta-dan-obsesi/

http://unycommunity.com/resensi-aroma-karsa-romansa-indra-dan-mitologi-bumi-dwarapala/

https://lpmprofesi.com/2019/05/resensi-novel-aroma-karsa/

https://www.raknovelgita.com/2018/04/resensi-aroma-karsa-dee-lestari.html

https://www.mengimla.com/2018/03/resensi-novel-aroma-karsa-karya-dee.html

Written By

More From Author

(Terjemahan Cerpen) Mereka Terbuat dari Daging karya Terry Bisson

“Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Daging. Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Tak diragukan lagi. Kami…

Thank You, Dua Satu! Let’s Go Loro Loro!

Beberapa menit lagi 2021 sudah usai dan saya perlu menuliskan satu catatan kecil biar seperti…

(Resensi) Puser Bumi oleh Mas Gampang Prawoto

Berikut resensi terakhir dalam seri tujuh hari resensi. Kali ini kita ngobrol soal buku puisi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *