(Resensi) The Absolutely True Diary of a Part-Time Indian karya Sherman Alexie

Ini dia buku yang gaya berceritanya sangat segar dan mudah bikin ngakak dengan kartun yang sama-sama segarnya dan sama-sama mudah bikin ngakaknya (dengan gaya humor mirip-mirip infografiknya Tirto.id). Penulis ceritanya, seperti saya sebut di judul, Sherman Alexie, prosais Amerika yang super lucu, mungkin paling lucu setelah Mark Twain mangkat. Kartunya karya Ellen Forney.

Buku ini berkisah tentang Arnold Spirit, Jr., remaja asal reservasi warga asli Amerika dari suku Spokane yang ketika SMA memutuskan untuk sekolah di luar reservasi demi perubahan nasib. Dia memilih sekolah di kota kecil, tempatnya orang-orang kulit putih, yang berjarak 22 mil di luar reservasi. Dia memutuskan pindah sekolah setelah gurunya menyadarkan dia bahwa kalau dia ingin maju, kalau ingin bisa hidup dengan mimpi-mimpinya, dan kalau pingin harapannya tidak mati, dia perlu meninggalkan reservasi. Maka, di SMA Reardan, SMA-nya anak-anak kulit putih itu, dia menjadi satu-satunya Indian Spokane yang sekolah di sana. Dan benar saja, harapannya tetap bisa dia jaga, dan bahkan berkembang dan bercabang dan menjalar tinggi. Dia mendapat pengakuan atas bakatnya. Tapi, oh tapi, usaha mengubah nasib ini membawa masalahnya sendiri tentu saja. Terjadi konflik antara mimpi-mimpi dan koneksinya sendiri dengan warisan Spokane-nya. Dia dipandang sebagai penghianat, dan dia pun kuatir menjadi penghianat. Maka, di situlah perang batin yang sering membikin ngakak itu terjadi.

Tapi, jangan buru-buru terbawa. Ini bukan cerita tentang permusuhan antar etnis. Buku ini lebih menyerupai usaha melayari permusuhan antar etnis dan rasisme yang hanya di permukaan. Arnold atau Junior ini menelusup masuk, seperti spelunking ke dalam gua alami rasisme sistemik. Arnold pun terbuka matanya lebih lebar dan lebih tajam menyoroti bagaimana orang-orang pribumi Amerika maupun orang kulit putih di pedesaan ini pada intinya adalah korban dari sebuah sistem yang telah lama berjalan menghancurkan sendi-sendi kehidupan warga asli.

Tentu itu bukan temuan baru. Sumbangan buku ini ada pada bagaimana dia menggambarkan sebuah kisah heartwarming tentang usaha Arnold Spirit, Jr. (yang di Reardan dipanggil “Arnold” tapi di reservasi dipanggil “Junior”) untuk melampai rasisme sistemik itu. Pendidikan adalah jawabannya, tapi bukan pendidikan yang biasa-biasa saja. Bukan pendidikan yang asal ada dan kita terima, tapi pendidikan yang dikustomisasi, pendidikan di luar kotak tempat kita tinggal, pendidikan di luar sistem yang diciptakan untuk para korban rasisme sistemik. Pendidikan seperti itu bisa sekolah biasa saja, tapi dia mesti dijalani dengan kesadaran yang terbuka.

Makanya gak heran kalau buku ini jadi bacaan wajib untuk kuliah master di bidang pendidikan, setidaknya di kuliahnya istri saya bbrp tahun lalu. Dan, buat yang ingin menelisik lebih jauh tentang Critical Race Theory, buku ini adalah kotak pasir yang siap mengakomodasi perkenalan ke bidang itu dan memberikan tempat main-main yang memperkaya batin.

Written By

More From Author

(Terjemahan Cerpen) Mereka Terbuat dari Daging karya Terry Bisson

“Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Daging. Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Tak diragukan lagi. Kami…

Thank You, Dua Satu! Let’s Go Loro Loro!

Beberapa menit lagi 2021 sudah usai dan saya perlu menuliskan satu catatan kecil biar seperti…

(Resensi) Puser Bumi oleh Mas Gampang Prawoto

Berikut resensi terakhir dalam seri tujuh hari resensi. Kali ini kita ngobrol soal buku puisi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *