Bagaimana dengan pemerintahannya? Tidakkah Game of Thrones juga menyerupai sebuah cerita tentang zaman pertengahan? Ya, di cerita ini, kita memang bisa melihat kerajaan-kerajaan dan juga raja, ratu, lord, lady, dan lain sebagainya. Tapi, apakah itu artinya sistem pemerintahan dalam kisah ini menyerupai sistem pemerintahan zaman kegelapan? Sepertinya tidak semudah itu, Ferguso. GoT menawarkan kepada kita sistem sosial yang menyerupai zaman pertengahan padahal sebenarnya lebih mengasyikkan dari itu.
Sebelum jauh, perlu di sini kita review kembali seperti apa tatanan sosial dan politik Game of Thrones. Seluruh wilayah Westeros disebut sebagai Seven Kingdoms, yang memang terdiri dari 7 kerajaan, yaitu North, Vale, Stormlands, Reach, Westerlands, Iron Islands, dan Dorne. Ketujuh wilayah ini dipimpin oleh satu pemimpin–atau paling tidak diklaim berada di bawah kekuasaan satu pemimpin–yaitu raja yang berkedudukan di King’s Landing. Namun, ketujuh kerajaan ini juga bertarik-ulur dengan King’s Landing. Banyak dari mereka yang patuh, tetapi juga ada yang terus-terusan ingin merdeka. Ada kalanya salah satu raja bermain mata dengan King’s Landing dan bahkan ingin mengawini Ratu di King’s Landing dengan harapan bisa menjadi penguasa Seven Kingdoms.
Dari situ kita bisa melihat bahwa di satu sisi dunia GoT adalah dunia yang merupakan campuran antara kerajaan tradisional dan modern. Yang saya maksud dengan kerajaan tradisional adalah sebuah pemerintahan yang dipimpin oleh bangsawan (Raja/Ratu dan keluarganya) yang memiliki kawasan-kawasan yang menjadi bawahannya. Status Vale adalah sebuah kerajaan dengan pemimpinnya sendiri yang berada di bawah kekuasaan King’s Landing. Raja atau Ratu yang berkedudukan di King’s Landing mengklaim bahwa keenam anggota Seven Kingdoms lainnya sebagai bagian dari dirinya. Kekuasannya minta dimaklumi tanpa dipertanyakan sama sekali dan keinginannya harus dituruti tanpa ba-bi-bu. Inilah kerajaan dalam artian paling tradisionalnya.
Tapi kita sangat bisa juga melihat “bakal” kerajaan modern di sini. Dengan kerajaan modern, di sini saya merujuk pada negara-negara seperti Malaysia (yang sistem pemerintahannya monarki konstitusional) atau Uni Emirat Arab (yang merupakan serikat ke-emir-an). Bagaimana dengan Seven Kingdom? Mari kita tilik. Kalau kita melihat hubungan antara North dan King’s Landing, kita melihat satu hubungan pemerintahan modern di mana North adalah sebuah provinsi atau negara bagian, yang dipimpin oleh seorang Lord yang merupakan bawahan dari King’s Landing. Di sini, hubungannya lebih menyerupai sebuah negara serikat di mana pemimpin utama ada di negara bagian yang semi independen itu masih patuh terhadap pemimpin federal. Hubungan yang lebih jelas tampak dalam relasi antara Dorne dan King’s Landing. Dorne adalah sebuah pemerintahan yang masih di bawah King’s Landing. King’s Landing bisa dengan mudah mengancam dengan kekuatananya kalau Dorne berani main-main. Tetapi, di sisi lain, Dorne sendiri sudah semi independen dan ingin menjadi negara yang terpisah dari King’s Landing. Di sini statusnya seperti sebuah negara bagian yang merasa bisa melakukan apa-apa (dan memang siap melakukan apa-apa–seperti merdeka).
Hubungan antara kerajaan-kerjaaan ini akan lebih tampak kelak di bagian-bagian akhir cerita versi serialnya. Ketika konflik bermula pasca pemenggalan Ned Stark, kita mulai melihat North (yang dipimpin keluarga Stark) mulai tidak bisa menerima ulah King’s Landing. Mereka angkat senjata dan mulai mengklaim diri sebagai penguasa utara dan mulai didukung oleh penguasa-penguasa lokal yang sepaham dengan keluarga Stark. Di sini, North jadi mirip-mirip dengan Texas kalau di Amerika Serikat, sebuah negara bagian yang besar dan memiliki “etos Texas” dan bangga dengan etosnya itu–sejak lama menyebut diri mereka sebagai “Lone Star” selalu bangga dengan seruan “segalanya lebih gede di Texas.” Sementara itu, Dorne juga merasa semakin perlu menegaskan posisinya sebagai negara yang memiliki sumber daya sendiri. Tarik ulur untuk merdeka semakin kuat. Kawasan-kawasan lain seperti Iron Islands yang dipimpin oleh raja yang selama ini dianggap gagal itu pun akhirnya ikut bergolak saat adik sang raja menginginkan arah yang lebih jelas untuk kerajaannya–yang dia banggakan sebagai kerajaan yang tangguh di laut dan siap ikut bermain di ibukota, King’s Landing, meski dengan pretensi menjadi provinsi yang setia mendukung–padahal inginnya menjadi penguasa Seven Kingdoms. Nah, mulai kelihatan dinamika yang unik, kan?
Dari situ, semakin tampaklah bahwa meskipun Game of Thrones ini secara formal berbentuk kerajaan, dia tidak sesederhana dibayangkan si Ferguso. Seven Kingdoms diam-diam merupakan sebuah kerajaan pelik yang di satu sisi ingin tetap seperti kerajaan tradisional tetapi sebenarnya sedang mendidih dan mulai bergolak menuju kerajaan modern. Dia mungkin ingin seperti monarki konstitusional dengan banyak raja yang secara bergilir menjadi pemimpin Kerajaan Serikat seperti di Malaysia. Atau mungkin ingin menjadi sebuah Keemiran Serikat seperti UAE yang memiliki kota-kota hebat yang jauh lebih terkenal dari Keemirannya sendiri. Semenarik itulah sistem pemerintahan dan dinamika kekuasaan di GoT. Buat sebagian dari kita yang gemar geografi atau ilmu politik tingkat dasar, GoT adalah sebuah medan yang di balik bunuh-bunuhan, penggal-penggalan, erotismenya terdapat sebuah dunia yang tertata kokoh. Dalam cerita fantasi, biasanya kita menyebut ini sebagai “world building” atau bangunan dunia yang kokoh, yang dengan itu cerita dan tokoh-tokohnya bisa bergulir dari satu taman ke taman lainnya atau masuk dari kamar satu ke kamar lainnya tanpa kita benar-benar sadari bahwa mereka sedang berpindah-pindah ruang. Yang kita lihat adalah pergerakan dan emosi para tokohnya.
Bagaimana? Siap lanjut lagi?