Categories
serbasuka

Bidadari Mencari Sayap (2020) Lebih Butuh Refleksi ketimbang Solusi Praktis

Ketika Angela sudah memakai kerudung dalam peringatan perayaan tahun baru China di film Bidadari Mencari Sayap (2020), kondisi yang sudah terasa final itu ambyar kembali. Adegan yang sekilas ini pun menjadi sarat makna: film ini seolah tidak punya garis finish. Begitu juga dalam hal relasi gender, tidak ada lagi yang namanya laki-laki sebagai pengatur arah hidup istrinya. Yang jadi pertanyaan selanjutnya adalah: apa makna semua ini, apa yang menyebabkannya, dan bagaimana hal ini bisa terjadi? 

Seorang penonton yang memang berminat besar terhadap film ini pasti akan bertanya-tanya: kenapa persoalan tidak terselesaikan dengan mudah di film ini? Apakah ini sekadar suka-suka Aria Kusumadewa sang sutradara? Atau, apakah ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar kenikmatan cerita yang tidak biasa saja? 

Saya lebih melihat ini sebagai tuntutan dari kondisi cerita.

Combo Persoalan

Bidadari Mencari Sayap adalah film yang persoalannya tidak hanya idealis, tapi juga bukan praktis. Dia tidak hanya berkutat pada soal visi dan cita-cita yang tinggi tapi tidak menjejak bumi. Dia juga bukan cerita tentang kesalahan teknis yang mudah diperbaiki. Dia dibuka dengan persoalan bara dalam sekam. 

Bidadari Mencari Sayap dibuka dengan bara di dalam sekam. Adegan pembuka film ini adalah acara makan bersama untuk memperingati imlek. Acara diadakan di rumah yang belakangan kita ketahui merupakan rumah kontrakan Angela dan Reza. Mulai awal hingga akhir adegan, kita melihat bagaimana Reza tidak nyaman dengan keberadaan keluarga istrinya yang merayakan imlek ini (apalagi mertuanya memesan babi). Dia bahkan berlama-lama berada di luar dengan harapan keluarganya mulai makan sebelum dia. Di sinilah akhirnya tampak bahwa ada ketegangan di rumah Angela dan Reza. Ketegangan yang sama juga terjadi ketika mereka berdua berada di rumah orang tua Reza. Di sinilah bara dalam sekam film ini terletak. 

Konflik ini semakin membumi ketika diperkuat juga dengan persoalan ekonomi. Reza mengundurkan diri dari pekerjaannya karena berbeda pendapat dengan bosnya. Di sinilah konflik mulai menjejak bumi: persoalan karena beda pandangan memang berat, tapi tidak ada yang lebih hakiki dari persoalan ekonomi. Persoalan ekonomi langsung menyentuh perut, atap, dan pakaian. Ancaman dari tiga hal ini membuat Angela akhirnya berani mengambil tindakan: bekerja. Tidak tanggung-tanggung, Angela bekerja di bidang yang sangat bertentangan dengan keyakinan Reza.

Dua hal ini saling bertalian, sehingga yang kita dapatkan adalah persoalan yang tak bisa dilepaskan, yaitu ego seorang suami yang ingin menjadi tulang punggung sekaligus ego seorang suami Muslim yang agak menuntut istrinya untuk mengikuti keyakinan yang dianut keluarganya. 

Implikasi Persoalan

Karena persoalan yang pelik ini, akhirnya kita bertemu dengan ketegangan yang membuat persoalan di dalam cerita ini tidak mudah diselesaikan dengan satu cara saja. Menyelesaikan persoalan dari sudut pandang agama saja, misalnya memaksa sang istri untuk memakai hijab, tidak akan bisa menyelesaikan masalah, bahkan ketika istri sudah mau memakai hijab. Hijab hanya menyelesaikan persoalan istri dengan satu kelompok, yaitu ibu mertua. Dia tidak menyelesaikan persoalan finansial yang dihadapi oleh Angela dan Reza, yang harus membayar kontrak rumahnya. 

Begitu juga dengan persoalan ekonomi. Bisa saja sebenarnya persoalan ini selesai karena pada dasarnya solusi untuk persoalan finansial mereka tidak jauh-jauh. Kakak-kakak Angela menikah dengan pria-pria yang memiliki usaha dan pangkat yang cukup tinggi. Begitu juga dengan keluarga Reza. Keluarganya tampak kaya dan orang tuanya sering bepergian ke negara-negara di Timur Tengah. 

Namun, ekonomi tampaknya bukan satu-satunya persoalan yang dihadapi oleh pasangan ini dalam hidup mereka. Ini memang masalah yang besar, tapi dia berhubungan dengan dasar keberagamaan mereka. 

Mencairkan yang Solid dari Tepi

Bidadari Mencari Sayap ternyata bukan film yang ingin buru-buru mencari solusi untuk persoalan yang dihadapi karakternya. Beberapa kali Angela sempat mengatakan bahwa dia tidak ingin bekerja karena suaminya memang melarang dia untuk bekerja. Selama Reza masih mampu membiayai keluarga, Angela sudah bersedia untuk tidak bekerja. Setidaknya itulah yang dia katakan secara eksplisit kepada saudari-saudarinya. Namun, hal  itu tentunya bukan solusi untuk persoalan yang lebih hakiki: bahwa setiap manusia memiliki kehendak yang tidak bisa begitu saja dimatikan. 

Begitu juga dengan Reza: meskipun situasi membuatnya mudah membuat Angela mematuhi keputusan-keputusan yang dia ambil, sepertinya Reza juga tidak menikmati kondisi menjadi satu-satunya pusat di keluarga. Sejak masa muda yang digambarkan pada masa kuliah, Reza mendekati Angela secara baik-baik sehingga cinta tumbuh dengan wajar. Namun, tampaknya ada hal-hal yang tak bisa dijelaskan yang membuat Reza begitu gengsi bila tidak menjadi tulang punggung sekaligus kepala dalam keluarga.

Ketika yang di pusat menjadi masalah, maka tepi-tepi memberikan solusi. Film Bidadari Mencari Sayap menampilkan berbagai hal yang ada di tepi-tepi cerita yang ikut membantu. Dua di antara tepi-tepi ini adalah orang tua Reza dan orang tua Angela. Ayah Angela (N. Riantiarno) memang ditampakkan suka berkomentar pedas kepada menantunya. Namun, dia bukan karakter karikatural. Dia bukan pembenci Muslim (dia berkawan baik dengan Bang Johar, seorang muslim yang khas karakter Deddy Mizwar). Begitu juga ayah Reza (Mark Sungkar) yang mencoba keras untuk menahan agar istrinya tidak terlalu berbicara tentang berjilbab. 

Berkat komentar-komentar dari kedua ayah ini, Angela dan Reza mengalami perubahan. Satu-satunya anggota keluarga yang tidak memojokkan Angela dalam acara makan malam di rumah orang tua Reza adalah ayah Reza. Sementara itu, dari ayah Angela, Reza mengetahui betapa berartinya kebahagiaan seorang anak bagi seorang ayah, sehingga si ayah sampai harus ikut turut campur ketika Reza mengamuk dan membanting berbagai hal yang ada di rumah.

Tampaknya, ruang yang diberikan oleh orang tua ini akan membuat baik Reza maupun Angela mengalami transformasi. Di akhir cerita, kita pun mendapati bahwa Angela yang mengenakan kerudung tetapi mengikuti perayaan tionghoa. Sementara itu, Reza juga akhirnya memutuskan untuk kembali dan bisa diindikasikan mau menerima kenyataan bahwa istrinya ingin bekerja. 

Dalam kondisi yang sudah sama-sama mulai matang inilah, kita bisa melihat bagaimana Reza dan Angela tidak harus menentukan banyak yang baik dan mana yang tidak. Bagi mereka, proses memahami kondisi mereka, dan kemudian mau menerima apa yang bukan merupakan keinginannya adalah lebih penting dari sekadar solusi. Bahwa Reza di akhir adegan menurunkan kerudung yang dipakai Angela untuk melihat seluruh wajahnya. Bagi dia, yang lebih penting bukan lagi perihal bahwa dia memakai kerudung seperti yang diinginkan ibu Reza. Yang terpenting di saat ini adalah bahwa Reza bisa menerima kenyataan perbedaan antara dia dan keluarga istrinya. Solusi final (seperti digambarkan oleh kerudung Angela) bukanlah sesuatu yang dibutuhkan di sini. 

Bidadari Mencari Sayap menunjukkan bahwa lebih penting menceburi masalah dan merefleksikannya, ketimbang langsung menuju ke solusi-solusi praktis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *