Postingan ini ringkasnya tentang 1) penyebab dan penanganan awal kebocoran pada sepeda balap, 2) arti penting sabuk velg atau rim tape, dan 3) cara menggantikan sabuk velg. Tapi karena saya suka ngobrol, akhirnya yang mestinya ringkas itu jadi sepanjang ini. Hehehe…
1) Serba-serbi kebocoran ban dalam sepeda balap
Ada banyak penyebab kebocoran, dan tiga minggu terakhir ini saya mengalami sendiri berbagai jenis penyebab kebocoran itu. Dan tentu saja ini pengalaman yang menyakitkan bagi siapa saja yang gemar bersepeda pancal. Seperti saya pernah posting, sejak dua tahun lalu saya hijrah dari sepeda gunung ke sepeda balap. Selama bertahun-tahun pakai sepeda gunung, saya beruntung sekali karena sekali pun tidak pernah mengalami yang namanya ban bocor, berkat ban luar sepeda gunung yang cenderung lebih tebal (dan seperti dilapisi kedelai) itu.
Selama dua tahun memakai sepeda balap, baru tiga minggu yang lalu saya mengalami ban bocor. Kalau ini, tidak pernah kena ban bocor karena saya ekstra hati-hati dalam menapakkan ban sepeda–ketika pertama kali naik sepeda balap dengan ban super tipisnya itu, saya takut seolah-olah sebutir kerikil saja bisa bikin bocor. Untungnya ketakutan itu berlebihan. Dampaknya, saya jadi agak sembrono dalam melangkah. Buahnya adalah tiga minggu lalu itu, sepeda saya bocor.
Entah, mungkin karena kurangnya sikap analitis saya, saya langsung saja mengganti ban yang bocor itu dengan ban baru. Itu sangat bodoh, dan mengabaikan ajaran pertama dari tukang tambal ban: cari dulu penyebab kebocoran, ada kalanya paku atau apa saja yang telah menyebabkan kebocoran masih menancap di ban luar. Benar saja, setelah mengganti ban dan memompanya beberapa genjotan langsung terdengar bunyi, ces! Ah! Langsung saja mengutuk diri dan ingat seorang tukang tambal ban yang sudah tua sekali di depan Polda Jatim di suatu pagi sekitar dua puluh tahun yang lalu, saat motor bapak saya bocor dalam perjalanan ke RSUD Dr. Soetomo untuk mengantarkan saya terapi alergi dan asma waktu masih kelas 1 SMP. Kali itu si tukang tambal ban memeriksa dulu di sekujur ban luar dan menemukan semacam paku kecil yang tidak jelas bentuknya tapi jelas-jelas menembus kevlar ban. Maka, kali ini, saya pun akhirnya memeriksa sekujur ban luar saya, saat sudah terlambat. Saya temukan di situ sebuah tonjolan serpihan kaca yang menyobek ban luar yang super tipis itu hingga selebar 3 mm. Benar saja bocor lagi. Begitu ban dalam yang lebih tipis itu dipompa dan mendesak ban luar dan serpihan kaca, langsung saja dia pecah.
Maka saya pun terpaksa beli lagi ban dalam. Sayangnya, di tempat saya sekarang, membeli ban dalam baru itu lebih murah daripada menambal ban. Memang sangat tidak ramah lingkungan membuang-buang ban seperti itu, dan saya sendiri merasa bersalah–tapi tunggu, rasa bersalah ini nanti akan sangat produktif.
2) Arti penting sabuk velg atau rim tape
Setelah beli ban dalam, saya pun coba lagi pasang. Kali ini saya dibantu seorang mahasiswa yang kerja di toko penjualan dan persewaan peralatan olahraga outdoors di kampus. Saat mengganti ban dalam kali ini, dia memperhatikan bahwa sabuk velg, karet yang melilit cekungan dalam velg–yang menabiri antara pangkal jeruji dengan ban dalam–putus di bagian dop atau pentil. Dia pun pasang ala kadarnya, asal tidak lepas saja. Setelah selesai, dia pun memompa sepeda saya. Baru saja sebentar langsung terdengar bunyi letusan kecil: Ban ini juga bocor lagi. Ah! Dia minta maaf dan bilang bahwa saya tidak perlu bayar untuk yang ini, kesalahan ada pada dia. Kami bukan bareng-bareng membuka ban dalam dan kali ini mendapati bahwa ban dalam itu bocor karena ban dalam menyentuh pangkal jeruji atau lubang pada ceruk velg (saya pakai deep-V velg). Pendeknya, sebabnya adalah karena rusaknya sabuk.
“Kita butuh sabuk velg ini dulu kalau sampean mau betulin ban dalemnya,” kata Norman.
“Iya,” kata saya. “Kalau ini gak dibetulin, ya sia-sia saja.”
“Coba sampean ke toko sepeda, mungkin mereka punya ini,” kata Norman.
“Sampean di sini punya gak?”
“Sekarang sih nggak ada, tapi kalau sampean mau nunggu, mungkin minggu depan bisa ada,” kata Norman.
“Wah, gak usah deh,” saya langsung ingat ban bekas yang meletus itu. “Saya bikin sendiri aja.”
“Gimana maksudnya?”
“Saya kan punya ban dalem yg gak kepakai, ini saja yang saya olah biar jadi sabuk velg.”
“Bener bisa?”
“Saya ini orang Indonesia, Mas. Hahaha… Segalanya bisa diakali.”
“Oke deh…”
Saya pun keluar bengkel, sepeda saya parkir di parkiran sepeda pancal dengan bengkel, dan saya pulang. Hari berganti, minggu bergulir, musim semi mekar menjadi-jadi, serbuk sari bunga menari-nari, saya pun alergi: dua minggu KO dengan hidung meler, mata merah mirip banteng PDIP, asma kumat serupa Che Guevara habis main bola di film Diarios de Motorcicleta. Saya sampai lupa kalau punya sepeda.
3) Cara membuat (mengakali) sabuk velg atau rim tape
Akhirnya, setelah mulai sehat, saya pun mengolah ban dalam yang bocor itu untuk dijadikan sabuk velg. Cuma butuh gunting dan lem adesif (semacam Castol). Potong ban sepeda dan buat sambungan saling tumpuk (overlapping) dengan lem adesif sepanjang 10 cm. Buatlah lubang untuk masuknya dop atau pentil sepeda di bagian sambungan ini.
Kemarin, di hari Jumat yang indah, sepulang dari dokter untuk pemeriksaan kesehatan terakhir, di mana dokter menyatakan bahwa bronkus saya sudah mulai membaik, meskipun masih terdengar desis-desis khas asma, saya langsung menuju ke Outdoors Connection Center. Saya tercengang saat sampai di parkiran. Di sana ada proyek konstruksi. Sepeda ada bertengger sendirian dengan posisi nggak karu-karuan. Debu konstruksi melaburi sekujur tubuhnya seperti serbuk gula melaburi kue mamool isi korma.
Ketika masuk, Norman sudah menyambut dan menanyakan kok lama sekali saya baru muncul. Setelah berbasa-basi sedikit, dia bilang: “Silakan langsung ke bengkel, Boss, pakai saja alatnya.” Saya segera ke tempat peralatan sepeda dan mengerjakan sendiri lepas ban, pasang sabuk velg, pasang ban dalam, pasang ban luar, dan memompanya. Maka, alhamdulillah, hipotesis saya benar. Sabuk velg itu memang vital untuk sepeda balap dengan ban dalam yang setipis kulit lumpia itu.
Setelah selesai, Norman tanya: “Gimana, dapat sabuk velg dari mana?” Dengan bangga saya menjawab, “DIY dong, man! Reuse, recycle, bla-bla-bla.” Dan dia pun tersenyum bahagia.
Maka, inilah dia, sepeda balap hibah dari tahun lalu yang sudah setahun lebih menyertai naik turun bukit (beraspal). Tapi sebelumnya, silakan lihat cara bikin sabuk velg itu:
Bagus mas artikelnya ,ngomong ngomong tu ban diy-nya bisa dipake di tubeless gk ya?
Halo. Saya nggak tahu soal ban sepeda tubeless. Saya blm pernah pakai ban sepeda kayak gitu. Kalau ban tubeless itu kayak ban mobil, mestinya nggak perlu rim tape, kan? …
keren bgt sepedanya.. classic road bike.. kpn2 bisa balap dgn saya.. hehe
Edwin, ini sepeda dikasih teman :),
Kalau ditambal di tukang tambal ban bisa gk mas, ini ban balap saya pas seminggu baru beli lsg bocor? Katanya sih klw ditambal di tukang tambal ban malah meleleh tuh ban dalam karena sepeda balap kan ban dalamnya tipis.
Halo, Mas Agus.
Saya sendiri belum pernah coba. Biasanya karena tidak punya lem, dan karena ban dalam di tempat sy cukup murah, dan karena memang jarang sekali ban sy bocor, saya lebih memilih mengganti dengan ban baru.
Tapi, kalau memang ban dalam sepeda balap yg sangat tipis itu, sepertinya vulkanisir standar bs bikin leleh itu ban.
Gimana kalau dicoba divulkanisir sebentar saja, asal tambalannya lebih lengkat lagi? Atau, kalau memang ingin aman, minta ditambal biasa saja tanpa vulkanisir.
Mas itu ban bekasnya dipotong gimanaa? Trus maksudnya tumpuk sampai 10cm apaa? Thx
Maksudnya potong rodanya jadi seperti pinta karet panjang (sepanjang ban dalam). Terus sambung secara overlapping sepanjang 10 CM. Itu saya tambahi gambar cara pembuatan sabuk velg. Lihat gambar tangan di atas.
Btw, sampean di mana dan suka sepedaan ke mana?
Overlapping tuh gimana yaa? Sorry mas gangertii hehehe
Saya di tanggerang, sepedahan sih dari rumah kesekolah paling sering nah sering bocor, apa karna jalanan ga alus apa gimana yaa
Waahh oke maas hehe galiat yg gambar tangannyaa:D
Makasih niih ilmunyaa:D
Enjoy, Mas Bro. Selamat bersepeda. Sepeda balap saya sudah hilang, sejak pertengahan tahun lalu. Sekarang cuman pakai sepeda gunung hibahan teman … tapi spriti bersepeda harus tetap gagah. Hahaha…
Kalau ada kesempatan, silakan baca postingan lain tentang sepeda, termasuk sejarah sepeda gunung di sini:
https://timbalaning.wordpress.com/2011/08/08/spirit-sepeda-gunung-dari-california-ke-pinggir-kali/
Bro, klo fixie kan bannya kecil tuh… Klo di digowes dijalan aspal ga rata atau kerikil gitu oke oke aja kaan?
Kayaknya sih gak terlalu masalah, asal gak terlalu tajam saja kerikilnya. Yg pasti selalu ada kemungkinan bocor karena kerikil, beda sama sepeda gunung yg bisa dibilang sama sekali gak ada kemungkinan bocor karena kerikil.
Kalau bisa, cari ban yg ada “kevlar”-nya, meskipun tipis diameternya tapi tetap tebal pd bagian yg menapak tanah.
Aku sendiri gak pernah punya fixie, bro. Cuman sepeda balap. itu pun skrg sdh hilang dicuri orang. π
biar lubangnya rapi pake apa bro? di bor apa ?
Wah, biasa saja, bro, pakai gunting. Gak perlu rapi2 amat. Kan gak ada yg lihat. π
oke mbro, tips yg sangat berguna, tq ya
Sama2, mbro. Jangan lupa sebarkan ini ke sanak saudara. π
wah bro, makasih bgt infonya, sy punya MTB tapi setiap kali di ajak jalan2 jauhan dikit bannya sering ngambek.. tak coba tips njenengan π
Saya juga baru pindah dari mtb ke rb.. skrg saya mengalami hal serupa. Ban belakang saya sdh bocor 2x.. semoga konten ini bisa membantu saya.. saya ingin bertanya sabuk velg nya dipasang dimana?? Apakah tidak ada efek lain thd ban dalam dan ban luar ?
Gimana sekarang? Apa sudah selesai bocor-bocornya?
[…] NB: Silakan baca postingan tentang bersepeda di sini atau postingan populer tentang sabuk velg ini. […]