Surat Cinta Kepada Cobain

Happy Valentine, Bro!

Delapan hari lagi mestinya kamu ulang tahun ke 49 kalau masih hidup. Tapi aku tidak akan mengucapkan ulang tahun untukmu, Bro. Aku mau mengucapkan Happy Valentine saja.

Satu lagi, Bro, aku lagi capek dan sebal. Semestinya aku nggak ada waktu buat nulis postingan beginian. Tapi aku salah, Bro. Aku bukak Facebook barusan. Dan menemukan sesuatu yang bikin tambah capek lagi. Di hari Valentine yg penuh cinta ini, aku lihat temanku di-tag video di facebook sama temannya. Video-nya melecehkan perempuan banget. Bayangin twit, cewek dijejer2 kayak drum set terus dipukuli bokongnya kayak main drum. Temanku, Bro, komen dengan “merayakan” video itu. Gak perlu aku jelaskan di sini. Yang pasti sama-sama melecehkannya kalau dibandingkan sama videonya.

Masalahnya, Bro, temanku itu dulunya nge-fans sama kamu. Sumpah, Bro, kamu yang anti sama orang sexist pasti marah lihat video itu. Aku ingat kamu pernah bilang di konsermu: “I would like to get rid of the homophobes, sexists, and racists in our audience. I know they’re out there and it really bothers me.”  Ya, Bro, kata orang kamu dulu cukup lantang menyuarakan antisexisme di akhir hidupmu.

Aku nggak tahu, Bro, kenapa si drummer itu main drum seperti itu. Apa dia pingin bikin video viral? Apa dia ingin orang mengagumi inovasinya? Kamu pasti bilang, Bro: Inovasi taek! Ya, Bro, inovasi seperti itu hanyalah inovasi taek! Semua inovasi yang dilandasi nilai-nilai regresif yang merendahkan adalah inovasi taek! Sori, Bro, tidak sepatutnya surat cinta mengandung taek. Tapi bagaimana lagi, Bro, taek harus tetap taek.

Anyway, Bro, terima kasih pernah hidup.

Love

Written By

More From Author

(Terjemahan Cerpen) Mereka Terbuat dari Daging karya Terry Bisson

“Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Daging. Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Tak diragukan lagi. Kami…

Thank You, Dua Satu! Let’s Go Loro Loro!

Beberapa menit lagi 2021 sudah usai dan saya perlu menuliskan satu catatan kecil biar seperti…

(Resensi) Puser Bumi oleh Mas Gampang Prawoto

Berikut resensi terakhir dalam seri tujuh hari resensi. Kali ini kita ngobrol soal buku puisi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *