The Truth is Off-line
—Ndra, awakmu ndik endi, pek? kubolak-balik facebook melacakmu kusisir twitter mencari titianmu kurogoh google kau tak kutemu is it true, mulder, true friends are off-line?
—Ndra, awakmu ndik endi, pek? kubolak-balik facebook melacakmu kusisir twitter mencari titianmu kurogoh google kau tak kutemu is it true, mulder, true friends are off-line?
Aku hanya menggumam tentang yang mengesalkan dengan sedikit menyayangkan, tapi tetap gagah. Urip mung mampir boarding, demikian aku saat melihat gelas kopi kertas parkir sendiri di lantai. Pemiliknya beruntung tak kenal tindak kriminal membiarkan barang kesepian di bandara. Pasti pemiliknya orang barat, pengagung disiplin yang tamannya kubayangkan untuk negeri…
Aku bangun digantungi gravitasi yang kulawan dengan menyeret kaki, bertahta di meja, memandang jendela: aku bersaksi di halaman semilyar wajah. Bosan adalah makhluk gila berroda terus menggelinding, dengan gravitasi, memaksa sowan ke sana ke mari, mencibir kanan-kiri, sekadar haha hihi. Karena bosan tak tumbuh sayap, gravitasi menjebloskannya: kelak…
Terkadang aku mencari-cari kesempatan memeluk anakku yang mulai beringsut, setelah menghabiskan hari-hari di sepetak laptop tua. Aku ingin—maaf, salah: Aku bosan membangun istana ampas kopi di atas tombol-tombol kibord hitam– lihatlah itu huruf-huruf terus terkikis. Terkadang aku mencari-cari kesempatan menginstall sistem operasi paling polos dengan sintaksis command line…
Tiga arloji bersiaga, satu analog dua digital, satu berderetak dua berdenyut. Yang paling pas benar-benar “berderetak” khususnya yang mekanis, bukan berdetak, Karena jarumnya bergeser lima kali tiap detik. Yang digital berdenyut, bukan berdetak, kurang lebih di setiap detik- tentu hanya kurang lebih. Begitulah aku baca dari ensiklopedia tentang…
cities turn leafless. days turn evil. shewolf specters rise between ruins. no more yearning. nothing but moss and embers keep me company all day every day. death bells barrage me, and i run amok. fire devours my clothes my both hands my unkempt hair. i run and i scream and i…
Di tengah trail hiking Lembah Sesat di tengah hutan yang coklat setangkai daunan kering tak kunjung henti mengibas, terintai saat kebetulan aku melintas. Seperti itukah semua saat tak ada yang mengawasinya?
Smartphone terhunus, buas, kau lampiaskan cinta kepada warna yang tersaput pada mapel, sikamor, poplar. Lupa sejenak, cukup sejenak: setiap musim adalah musim gugur. Lalu kauingat, saat tiba selfie: bagimu, summer telah berlalu kini ada helai-helai rambut di lantai kamar mandi dan dental floss menari liar di sela gigi.…
Sebagai mineral aku mati lalu jadi tanaman, sebagai tanaman aku mati lalu jadi binatang, sebagai binatang aku mati lalu jadi manusia. Kenapa harus takut? Sejak kapan mati mengurangi? Rumi, Masnavi 3: 3901-03 (tapi saya ambilnya dari kutipan di postingan blog ini).
Pada hari Minggu kutinggal anak di rumah, nyopir van putih raksasa kududuk di muka, duduk di sebelah pejabat asal Senegal, penerima beasiswa penentu nasib bangsanya. Dug- dig- dag- dig- dug- dig- dag- dig- dug- dig- dag- dig- dug Dug- dig- dag- dig- dug- dig- dag- anakku di dada.